Makna Cinta

Makna Cinta

Kata CINTA banyak dibicarakan orang, bahkan sering jadi obralan sinetron-sinetron di layar kaca sering menampilkan lakon cinta murahan yang bermuara pada pamer aurat, bisnis biologis yang tak pernah menghasilkan sesuatu yang bermaslahat.

Cinta adalah bahasa pasaran yang artinya jarang diketahui oleh umum, akibatnya arti kata cinta sering diidentikan dengan syahwat. Padahal syahwat tidak bisa diartikan cinta secara mutlak, meski di dalam kata cinta ada makna syawhat.

Puncak cinta paling tinggi justru terjadi seorang anak manusia menjadikan Rabbnya sebagai Dzat yang paling dicintai. Disaat manusia mampu memposisikan dirinya mencintai Rabbnya sebagai posisi puncak, pada saat itu kebebasan jiwa manusia dapat dijalankan. Sebaliknya, selama manusia belum mampu memposisikan Rabbnya sebagai Dzat yang paling dicintai jiwa manusia akan terkurung oleh berbagai keadaan.
Dunia yang biasa menjadikan thagha (illah) selain Allah, bisa berbentuk jabatan, status sosial, kekayaan, wanita, anak-anak, dan macam-macam dosa dan maksiat yang bisa menghantarkan manusia kedalam api Jahanam, naudzubillahi mindzalik.

Firman Allah, artinya, "Dijadikan indah (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari berbagai jenis emas, perak, binatang ternak dan kuda pilihan, itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali Imran: 14).

Sabda Nabi SAW. Artinya, ".....dan Allah benar-benar akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan Allah campakkan ke dalam hati kalian (penyakit), "Al Wahn", seorang bertanya, 'Apakah yang dimaksudkan dengan, "Al Wahn" itu' wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "Cinta Dunia dan Takut Mati" (HR. Abu Dawud No. 4297, dishahihkan oleh Al Bani dalam Shahih Sunan Abi Dawud No. 3610).

Cinta dunia takut mati adalah karakter kelompok jahili, dimana orang-orang berjiwa jahili sangat mencintai kekayaan dan anti berkorban. Bagi mereka berkorban sekecil mungkin, tapi raup untung sebesar-besarnya, cara apapun halal asal tujuan tercapai. Inilah salah satu jenis penyakit sosial yang sangat membahayakan masyarakat, dna tidak jarang dapat menghancurkan peradabatan masa datang.

(Baca juga: 17 Dosa Besar)

Arti Kata CINTA
Sulit untuk bisa mendefinisikan makna cinta, sebagaimana penelitian salah seorang ulama umat Ibnul Qayyim, "Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan jika didefinisikan tidak menghasilkan sesuatu (apapun), melainkan menambah kabur dan tidak jelas, berarti definisinya adalah Cinta itu sendiri", (Madarijus Salikhin: 3/9).

Meski demikian cinta merupakan amalan hati yang dapat diwujudkan dengan perbuatan (arkan), bila cinta itu bermuara pada syari'at Islam, maka ia akan membuahkan ibadah. Sebaliknya bila cinta bermuara pada pelanggaran syari'at Islam (aturan Allah) dampaknya dosa, maksiat dalam kehidupan menjadi kepstian. Ini yang berbahaya, dimana cinta berbuah dosa dan maksiat, akan menghancurkan tatanan sosial, sebagaimana zaman-saman sebelum kita.

CINTA kepada ALLAH
Inilah cinta yang ideal, tabi'at cinta yang logis yang akan menyelematkan manusia dari azab Allah SWT. Cinta ini pula yang dapat menyelamatkan gejolak sosial yang menyimpang, sebagaimana yang saat ini dilakoni bangsa Indonesia.

Kecintaan kepada Allah dinyatakan dalam bentuk amal Islam, dimana manusia hanya berhukum dengan aturan Allah semata, Bayan terhadap ketataan kepada Allah sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur' an yaitu, artinya, "Katakanlah jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian." (QS. Ali Imran: 31).

Ulama umat generasi utama memahami makna ayat di atas dengan sebaik-baiknya pemahaman, yaitu pemahaman salafush shaleh. Bahwa setiap muslim mencintai Allah wajib atasnya mengikuti apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam bahasa lain cinta ataupun benci mutlak semata-mata harus karena Allah, barulah sikap seperti itu mendapatkan pahala disisi-Nya. (HR. Bukhary N0. 16 dan Muslim No. 43)
.
Ibnul Qayyim memberikan resep agar seorang hamba mencintai Rabb-Nya diatas makhuk lainnya. Ada beberapa sebab kenapa seorang hamba lebih mendahulukan Allah dan Rasul-Nya.

Pertama, mengkaji Al Qur' an sampai mampu menghayati dan mengamalkan isi kandungannya. Kedua, mendirikan amalan-amalan sunnah setelah amalan yang wajib. Ketiga, terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan Keempat, mengutamakan kecintaan kepada Allah daripada kepada makhuk lainnya. Kelima memahami asma wa sifat Allah dengan baik dan benar, menghayati dan mengokohkannya dengan amalan yang diperintahkannya. Ke-enam, memahami kebaikan dan sifat kasih sayang-Nya. Ketujuh, tunduknya hati di hadapan Allah. Kedelapan, menyendiri dalam bermunajat ketika Allah turun ke bumi (1/3 malam akhir), duduk bersama tokoh atau orang-orang yang jujur, adil, ahli ibadah, ahli ilmu. Kesembilan, menjauhkan segala sebab yang melupakan Allah (Madarijus Salikin, 3/-18, ringkasannya).

Sesungguhnya cinta itu ibadah, asal terpenuhi syarat-syaratnya, dan sebaliknya cinta bisa menjadi dosa ketika cenderung kepada perkara-perkara buruk (dosa dan maksiat). Syakhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, bahwa yang menggerakan hati menuju Allah itu ada tiga perkara yakni: cinta, takut, dan harap. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan kareana akan didapatkan di dunia dan di akhirat (Majmu Fatawa: 1/95).

(Baca juga: Konsep Keluarga)

CINTA adalah Ibadah
Ketika cinta berjalan atas posisi yang benar, maka cinta mampu diposisikan sebagai sikap ibadah. Firman Allah, artinya, "Tetapi Allah jadikan kamu cinta kepada iman/ keimanan dan menjadikan kamu iman itu indah di hatimu." (QS. Al-Baqarah: 7). Firmannya pula, artinya, "Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 165).

Dalam hadits Nabi SAW diriwayatkan oleh imam Muslim disebutkan hendaknya Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari segala sesuati yang ada di bumi ini (makhluk), sehingga dapat merasakan manisnya keimanan dalam jiwa.

Ragam CINTA dalam Tabi'at Manusia
Kadang ada manusia yang benci kepada dosa dan maksiat, tapi ternyata tidak mampu menghindar dari kekuatan jahat itu. Persoalan ini memang termasuk soal ruhani, yang mungkin saja tidak mendapat berkah dari Allah. Cirinya kita tidak berpijak pada jalan Nabi SAW lebih menapaki jalan syubhat dan syaitan daripada sunnah Rasulullah SAW.

Diantara sekian model dan tipe cinta di bawah ini ada beberapa model cinta sebagaimana uraian ulama masyhur, yaitu:

Pertama, cinta ibadah.
Inilah sebaik-baik cinta, kesenangan jiwa kepada hal-hal yang baik, pemilik jiwa demikian insya Allah bisa menjadi sosok manusia yang kreatif melakukan kebaikan-kebaikan amal. Insya Allah bisa memenuhi target menjadi calon penghuni Jannah yang mendatangkan maslahat bagi lingkungan dimana ia tinggal.

Kedua, cinta syirik
Yang ini merupakan cinta paling berbahaya, cinta akan dosa tanpa ampunan merupakan sikap paling keji dan kotor. Tidak saja dirinya, dan keluarganya yang akan binasa, lebih jauh kaum Mulsimin yang tipis keimanan bisa hancur karena perbuatan syiriknya itu.

Firman Allah, artinya, "Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan bagi-Nya (Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 165).

Ketiga, Cinta Dosa dan Maksiat
Model cinta yang membahayakan, dimana pemiliknya lebih cenderung kepada dosa dan maksiat, sebagaimana firman Allah:

Artinya, "Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan-kecintaan yang sangat." (QS. Al-Fajr: 20).
Cinta kepada kekayaan, harta benda, dan perhiasan secara berlebihan dapat mengakibatkan pelakunya berbuat dosa dan maksiat. Panggung sejarah telah membuktikan, mereka yang haus kekuasaan, gemar dengan harta dunia, mereka akan menghalalkan segala cara asal tujuan tercapai.

Ke-empat, Cinta Tabi' at
Tipe cinta ini merupakan fitrah insaniah, selama murni tidak berbaur dengan anasir lain cinta tabi'at merupakan hal yang biasa saja, wajar-wajar dan tidak berdosa, kecuali jika sudah berbaur dengan unsur lain, dengan sendirinya cinta tidak berbuah dosa.

Firman Allah, artinya, "Ketika mereka (saudara-saudar Yusuf) berkata, "Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita." (QS. Yusuf: 8).

(Baca juga: Hukum Mengabaikan Istri)

Buah Cinta yang Baik
Setiap sikap, prinsip, ideologi, kepribadian, yang dapat berbentuk amaliah pada akhirnya dapat membuahkan amal baik dan amal buruk. Cinta yang ideal dapat membuahkan amal Islami yang ideal pula, sebaliknya cinta yang membuahkan dosa dan maksiat buahnya adalah azab dari Allah SWT.

Jika buah kerusakan cinta itu sebatas di dunia saja, tampaknya tidak terlalu berat, justru yang perlu dipikirkan buah cinta ini pasti berbuah di dunia dan di akhirat. Akhiratlah yang bakal membuahkan buah cinta yang sesungghnya, cinta dosa dan maksiat, apalagi sampai cinta syirik dan cinta syubuhat. Dampaknya panjang siksanya bersifat abadi bagi jenis-jenis dosa khusus, akibat cinta yang salah itu. Inilah yang harus dikhwatatirkan setiap diri orang beriman.
Wallahu a'lam bish shawwab. 

(Baca juga Cari Jodoh Muslim)



No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

Back To Top