Motivasi Islam "Selalu merasa Hijau, jangan pernah merasa Matang"

Motivasi Islam "Selalu merasa Hijau, jangan pernah merasa Matang"


Sebab kalau sudah merasa matang, yang tinggal hanya busuknya saja......
Ini adalah masalah sikap, sikap untuk selalu berubah, sikap untuk selalu berkembang.....
Dalam menghadapi masalah, umumnya kita cenderung menuntut agar orang lainlah yang berubah, lingkunganlah yang berubah, situasilah yang berubah, sedangkan saya tidak!
Apabila skripsi gak beres, selalu berharap agar dosen mau berbaik hati, apabila perusahaan merugi karyawanlah yang salah serta pesaing yang curang, apabila kader tidak bergerak mulailah ia menyalahkan serta meragukan komitmen mereka. Pokoknya merekalah yang harus berubah, mereka yang harus mengikuti serta memahami pikiran serta keinginan kita. Mengapa perusahaan belum berkembang sesuai yang saya inginkan? Mengapa karyawan belum menjadi seperti yang saya inginkan? Mengapa keadaan lingkungan masyarakat tidak sekondusif yang saya inginkan? Mengapa istri saya masih saja selalu mengkritik saya? Mengapa suami saya cuek terhadap saya? Mengapa? Mengapa? dan Mengapa?

(Baca juga: Cari Jodoh Muslim)
 
Apa yang salah? Bagaimana cara mengubah orang lain? Berbagai buku sudah kita pelajari, dan berbagai diskusi telah kita ikuti untuk mencari tahu bagaimana cara mengubah orang lain.
Seorang suami menginginkan agar istrinya menjadi apa yang seperti ia inginkan. Begitupun istrinya mendambakan agar suaminya menjadi suami idaman. Seorang pengusaha sering ragu dalam memulai bisnisnya. Lalu bersikap menunggu sampai situasi dan kondisi berubah menjadi/ sesuai yang diinginkan. Dan umumnya kita pun mempunyai sikap menunggu hingga akhirnya "keputusan itu datang". Begitulah kita semua. Kita menginginkan lingkunganlah yang berubah. Dunialah yang berubah. Orang lainlah yang berubah.
Meski sudah begitu banyak upaya yang kita lakukan untuk merubah seseorang dan lingkungan. Berbagai program dan biaya sudah digulirkan. Namun, belum juga berhasil, lalu apa yang kita lakukan?
Mari sejenak kita berhenti untuk merubah orang lain. Bukalah pintu hati kita, dan marilah sejenak kita belajar dari Rasulullah SAW yang telah sukses berkat bimbingan dari Allah SWT. Manusia yang amat sangat sukses mengubah seseorang bahkan dunia.
Beliau mempraktekan langsung sikap "ibda binasik"...mulaialah dari dirimu sendiri! Mulai dari cara berpikirmu, mulai dari cara kerjamu. Mulailah dari sikapmu!
Kita dulu yang berubah. Bukan orang lain. Bukan lingkungan. Bukan keadaan. Selama ini kita selalu menginginkan orang lainlah yang berubah. Inginnya teman-teman kita yang berubah. Inginnya strukturlah yang berubah. Kita ingin semuanya berubah, namun kita sendiri tidak.
Selama cara berpikir tidak kita ubah. Cara kerja kita tidak diubah. Cara memperlakukan orang lain tidak kita ubah, cara mengkader tidak kita ubah. Maka, sampai bertahun-tahun ke depan jangan heran apabila hasilnya masih utuh tetap sama. Sekalipun sudah dilakukan berulang-ulang, biaya sudah begitu banyak dikeluarkan. Maka hasilnya akan tetap nol. Bahkan negatif.
Perubahan hanya akan terjadi lewat proses belajar. Sikap untuk selalu belajar adalah salah satu jalan agar kita dapat mencapai keberhasilan. Dalam keadaan bagaimanapun seseorang memulai tangga kehidupannya, di level manapun tingkat pendidikannya, setiap orang yang mau belajar sesungguhnya ia sedang menaiki tangga keberhasilannya sendiri.
Sikap untuk mau belajar, mau diajar, dan keinginan untuk selalu berkembang disebut, sikap "techeable". Dengan siapapun orangnya, bagaimanapun keadaannya, merekalah yang paling cepat berkembang, merekalah yang paling cepat menaiki tangga kesuksesannya.
Sebuah organisasi akan selalu berkembang apabila sikap ini selalu ditanamkan pada setiap anggotanya.. Tak ada kata berhenti belajar. Fokus semua system adalah pembelajaran. Semakin banyak orang yang teacheble maka akan terlahirlah banyak kader. Jika banyak kader yang mau belajar dan mengasah kemampuan maka akan lahir banyak leader (pemimpin).
Tak heran jika organisasi tersebut akan mengalami perkembangan yang sangat dahsyat luar biasa. Dan penyebabnya hanya satu, yaitu sikap selalu mau belajar tanpa sikap merasa matang di semua level jabatan dan tingkatannya.
Kita sendiri melihat bagaimana sikap ini tumbuh pesat dikalangan para sahabat Rasul. Mereka belajar dari Rasul tanpa henti. Diantara para sahabat saling belajar dan mengajar. Mereka berlomba-lomba mengamalkan amanat Rasul, "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China". Lalu apa yang terjadi kemudian? Organisasi yang beliau pimpin, dalam waktu singkat mampu menaklukkan dunia.
Belajar memang tidak mudah. Bahkan untuk mempunyai sikap untuk selalu belajar luar biasa sulit. Kita harus melepaskan sikap ego kita terlebih dahulu. Belajar dari orang yang di atas kita itu sih biasa-biasa saja. Namun, maukah kita belajar dari bawahan kita, dari saingan kita?
Untuk mendapatkan hasil yang berbeda, lakukanlah cara yang berbeda, itu rahasianya. Oleh sebab itu mari kita selalu berubah (berkembang  melalui proses belajar tanpa henti). Maka insya Allah orang-orang yang kita sayangi, orang-orang yang kita pimpin, perlahan tapi pasti, merekapun akan berubah.

(Baca juga: Konsep Keluarga)



No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

Back To Top